Selasa, 03 Januari 2012

Kebutuhan Kapal Selam TNI AL 8 Unit Hingga 2024



JAKARTA - Kebutuhan Kapal Selam TNI AL dalam blue print pertahanan hingga tahun 2024 adalah delapan unit kapal selam. Jumlah ini sebenarnya masih jauh dari cukup untuk mengamankan laut Indonesia yang sangat luas.

“Sampai 2024 kami akan mengadakan delapan unit kapal selam,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama Untung Suropati di Jakarta, Jumat (23/12).

Tiga kapal selam yang kontraknya ditandatangani antara Kemhan dan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME) berada pada rencana strategis (renstra) pertama 2010-2014. Ketiga kapal selam tersebut diharapkan selesai dan berada di Indonesia berturut-turut pada 2015, 2016, dan 2018.

Untuk menambahkan, standar minimal kapal selam yang harus dimiliki Indonesia adalah 14 unit. “Standar minimal dalam konteks keamanan negara kepulauan adalah 14-18 unit,” ujar Untung.

Namun begitu Wakil Kepala Staf TNI AL Laksamana Madya TNI Marsetio sebelumnya mengatakan Indonesia perlu menambah 39 kapal selam untuk menjaga wilayah lautnya.

Kadispenal menjelaskan, untuk melakukan pengamanan terhadap Indonesia yang memiliki laut sangat luas memang dibutuhkan kapal selam sejumlah tersebut. Dia mencontohkan, Jepang dengan luas laut yang kecil memiliki 24 unit kapal selam. “Dengan pertimbangan luas wilayah, Indonesia memang harus ada menambah 39 kapal selam,” tambahnya.

Tim Kapal Selam Berangkat Januari 2012

Tim Indonesia yang akan mengikuti proses pembangunan kapal selam di Korea Selatan direncanakan berangkat Januari 2012 mendatang. Tim yang berjumlah 50 orang itu akan mempelajari pembangunan kapal selam agar bisa mengaplikasikannya di Indonesia.

“Diperkirakan tim yang terdiri dari 50 orang itu akan berangkat Januari,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskomblik) Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Jumat (23/12).

Pemberangkatan tim tersebut dalam rangka mengikuti proses alih teknologi sesuai kesepakatan kontrak pengadaan kapal selam yang telah ditandatangani, ujarnya. Tim tersebut akan mengikuti keseluruhan proses pembangunan hingga kapal siap dikirim ke Indonesia.

Sebelumnya, Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan pada tahap pengadaan kapal selam yang pertama, SDM Indonesia melalui PT PAL akan dikirimkan ke Korea untuk melihat langsung pembuatan kapal selam tersebut. Sebanyak 50 orang teknisi dengan masa kerja yang masih panjang akan mengikuti proses ini.

Pada pengadaan yang kedua, para teknisi ini direncanakan mulai terlibat dalam pembuatan kapal selam. Sehingga pada tahap ketiga para teknisi Indonesia sudah mampu memproduksi sendiri kapal selam.

Menurut Sjafrie, kebijakan dasar pengadaan alutsista harus memberi keuntungan dalam meningkatkan kemampuan industri pertahanan nasional salahsatunya dengan cara alih teknologi. Hartind menambahkan, pembelian kapal selam tersebut sudah sesuai dengan rencana strategis (renstra) dan blue print pertahanan untuk meningkatkan minimal essential forces.

TNI AL Akan Beli 2 Frigate dan 20 Kapal Cepat


Dua kendaraan tempur amfibi melakukan pendaratan di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (29/12). Pendaratan amfibi tersebut dalam rangka latihan Pemantapan Brigade Pendarat (Lattap Brigrat), latihan kesenjataan terpadu dan pembaretan atau pengangkatan Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo sebagai warga kehormatan Korps Marinir. (Foto: ANTARA/Seno S./Koz/mes/11)

30 Desember 2011, Jakarta: TNI AL telah melaporkan kesiapan validasi organisasi kepada komando atas dan pemerintah tentang pembentukan Komando Wilayah Laut Republik Indonesia (Kowila RI) yang membawahi 3 Armada (Barat, Tengah dan Timur), Komando Latihan Wilayah Laut (Kolatwila) Komando Pemeliharaan Material Wilayah Laut (Koharmatwila), pembentukan 3 Divisi Marinir dan perubahan Korps Marinir menjadi Kotama Operasi.

Hal tersebut dikatakan Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Soeparno dihadapan 700 Perwira Menengah (Pamen) dan Perwira Tinggi (Pati) TNI AL Wilayah Timur (Wiltim) pada olahraga bersama TNI AL Wilayah Timur di Lapangan Laut Maluku, Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal), Jumat (30/12).

Kemudian, lanjutnya, selain pembentukan Kowila, TNI AL memandang perlu meningkatkan Dinas Potensi Maritim menjadi Asisten Potensi Maritim, karena potmar dipandang sebagai salah satu tugas pokok TNI AL, kemudian membentuk Disopslatal, membentuk Pusat Intelejen Laut (Pusintelal) serta meningkatan Dinas Hidrooseanografi menjadi Badan Hidro Oseanografi.

Selain siap melakukan validasi organisasi, di tahun 2012 diharapkan kebijakan pemerintah dalam pembangunan kekuatan pertahanaan pada tingkat Minimum Essential Force (MEF) TNI AL dalam bidang penambahan Alat Utama Sisitem Senjata (Alutsista) dapat segera terrealisasi. Penambahan alutsista tersebut, diantaranya pembelian 3 kapal selam, 2 kapal permukaan frigate jenis Perusak Kapal Rudal (PKR) dan 20 Kapal Patroli Cepat dan Kapal Cepat Torpedo (KCT).

Menurutnya, untuk membangun kekuatan militer yang handal tidak perlu beraliansi kepada salah satu blok teknologi alutsista, tetapi mampu mengadaftasi dan mengadopsi teknologi dari berbagai blok yang diarahkan untuk meraih keunggulan sendiri. Pada konteks ini penyiapan sumber daya manusia menjadi sangat vital.

“Kita harus akui, negara kita tidak sekuat negara barat yang kuat dalam teknologi mesin perangnya, oleh karena itu kita tidak usah cari musuh, lebih baik cari teman dan tidak menggantungkan kekuatan Alut kepada salah satu blok,” terangnya.

Selain menyoroti validasi organisasi dan alutsista, orang nomor satu di TNI AL ini mengingatkan kepada para perwira dibawahnya untuk senantiasa meningkatkan kembali pelaksanaan kode etik dan etika professional serta tatakrama dalam kehidupan seorang perwira.

Seorang perwira, lanjutnya, harus mampu membangun sendi-sendi kehidupan yang berdisiplin, memiliki kepedulian dan rasa tanggung jawab yang lebih tinggi dibanding dengan prajurit yang dipimpinnya.

“Pegang teguh Sapta Marga, 8 Wajib TNI, Trisila TNI AL dan malu berbuat cela,” serunya.

Ditahun 2011, lanjutnya lagi, masih ada agenda yang belum terealisasi dan akan dilanjutkan pada 2012 nanti diantaranya Kartika Jala Krida (KJK) KRI Dewaruci ke AS. Dimana pada KJK sebelumnya tidak pernah mengikutkan Kadet (taruna AAL;Red) dari Korps Marinir, pada KJK nanti akan diikutsertakan, kemudian latihan Armada Jaya pada medio September dan Latihan Gabungan TNI pada medio November 2012.

Sementara itu pada acara olah raga bersama penutup akhir tahun yang diisi dengan senam dan jalan sehat sejauh 3 kilometer di area Kesatriaan Kobangdikal tersebut, tampak hadir para Asisten KASAL, Pangkotama TNI AL wilayah timur dan barat, seperti Dankobangdikal Laksda TNI Sadiman, SE, Pangarmatim Laksda TNI Ada Supandi, Pangarmabar, Komandan Seskoal dan para Kepala Dinas di lingkungan Mabesal, serta Pamen TNI AL se-Wilayah Timur.

Latihan Penembakan Meriam Howitzer Pasukan Marinir

 

SITUBONDO - Sejumlah prajurit Korps Marinir TNI AL mempersiapkan senjata Howitzer 105 mm saat Latihan Pemantapan Brigade Pendarat (Lattap Brigrat) Korps Marinir di Pusat Latihan Tempur Korps Marinir Baluran, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Selasa, (27/12). Latihan yang melibatkan 3000 prajurit Baret Ungu itu dalam rangka meningkatkan kemampuan taktik dan tehnik serta keterampilan tiap-tiap kesenjataan dijajaran Korps Marinir. .FOTO ANTARA/KUWADI/ss/nz/11



Marsekal Baret Ungu

Marsekal TNI Imam Sufaat


"Baret ungu" dan "Brevet Trimedia" Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL) melengkapi penghargaan pasukan elite TNI yang diterima Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat. Pertengahan Maret 2011, pria yang Januari ini berusia 57 tahun ini menerima anugerah warga kehormatan Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI-AD.
"Saya berharap pengangkatan warga kehormatan Korps Marinir ini menjadikan seluruh komponen pertahanan negara makin solid dalam bertugas dan mengabdi kepada negara," ujar lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) ini usai menerima pengukuhan "warga kehormatan" Korps Marinir TNI AL di Situbondo akhir Desember 2011.
Sejak dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai KSAU pada 9 November 2009, Imam dinilai menunjukkan kepedulian besar terhadap masa depan TNI. Mantan penerbang pesawat tempur Hawk MK-53 ini juga telah memberikan keteladanan jiwa, semangat, sikap ksatria, dan komitmen tinggi selaku prajurit TNI.

Kontingen Garuda XX-I Perkenalkan Diri di Dungu



Kontingen Garuda XX-I Perkenalkan Diri di Dungu
istimewa
Satuan Tugas Kompi Zeni TNI Konga XX-H/Monusco menggelar upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) KE-66 Zeni TNI AD di Bumi Nusantara Camp Dungu-Kongo, Sabtu (15/10/2011).
 
Satuan Tugas  Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda XX-I/Monusco (Mission  De L Organisation  Des  Nations Unies pour La Stabilization en Republique Demokratique du Congo), yang baru beberapa hari tiba di Kongo, mulai mengunjungi Kontingen negara-negara yang berada di sekitar base camp Satgas Kompi Zeni TNI di Dungu. Semula mereka mengunjungi Komandan Batalion Maroko Kolonel Mustafa. Setelah itu dilanjutkan berkunjung kepada Komandan Brigade Itury Brigjen Abul Kalam Asad dan Deputy Force Commander Brigjen Jody Foster yang lokasinya berdekatan dengan Base Camp Satgas Kompi Zeni TNI, Senin (2/01/2011) kemarin.
Menurut Dansatgas Letnan Kolonel Czi Sapto Widhi Nugroho, tujuan kunjungan tersebut untuk menjalin persahabatan yang telah terbina dengan baik selama ini dengan Satgas-satgas Kompi Zeni TNI sebelumnya. Bukan hanya itu, kunjungan juga untuk memperkenalkan diri Satgas Kompi Zeni TNI Konga XX-I sehingga jalinan persahabatan yang tetap terbina dengan baik.
Ia menjelaskan, sebagai satuan yang baru datang, Satgas Kompi Zeni TNI Konga XX-I/Monusco menyadari betul, membina hubungan baik antar kontingen yang berada dalam satu kompleks di daerah Dungu patut dipertahankan dan ditingkatkan.
"Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok sebagai satuan yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas-tugas bantuan Zeni yang diberikan oleh Monusco," katanya.

Dalam kunjungan tersebut, Dansatgas Kompi Zeni TNI Konga XX-I/Monusco didampingi oleh Wadan Satgas Mayor Czi Ary Syahrial dan beberapa perwira terkait.

Australia Jadi Hibahkan Empat Hercules untuk RI


Teknisi pesawat dari No. 37 Squadron Aircraft sedang mengganti propeler C-130H Hercules A97-007. (Foto: Australia DoD)

3 Januari 2012, Jakarta: Pemerintah Australia positif menghibahkan empat unit pesawat C-130 Hercules untuk Indonesia setelah sempat tertunda prosesnya pada 2011.

"Kemungkinan kedua tim teknis dari masing-masing negara akan bertemu pada pertengahan Januari ini," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Hartind Asrin ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Selasa.

Hartind Asrin mengatakan, dalam pertemuan itu kedua tim akan membicarakan teknis hibah yang akan dilakukan setelah sempat tertunda pada 2011.

Selain mengadakan pertemuan di Jakarta, akan dilakukan pula pertemuan di Australia untuk melihat langsung empat unit pesawat Hercules yang akan dihibahkan tersebut, lanjut Hartind.

Kepastian hibah empat unit pesawat Hercules dari Australia itu telah mendapat persetujuan dari Amerika Serikat sebagai produsen pesawat angkut berat Hercules.

"Namun teknisnya harus dibicarakan lebih lanjut antartim kedua negara. Dan itu akan segera dilakukan mulai pertengahan Januari ini," kata Hartind.

Sementara itu, Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Muda TNI Rodi Suprasodjo mengatakan pesawat Hercules yang dibutuhkan TNI AU saat ini sebanyak 30 unit. Namun, TNI AU hanya memiliki 21 pesawat Hercules, sehingga masih kurang sembilan pesawat.

"Kekurangan pesawat Hercules itu akan dipenuhi dari hibah dan membeli. Ke-30 pesawat Hercules akan digunakan untuk pesawat tanki sebanyak dua unit, pesawat VIP dua unit, dan pesawat operasional dua batalyon sebanyak 26 unit," kata Marsekal Muda Rodi.

Rodi menambahkan,"Tipe yang akan dihibahkan adalah tipe H, diremajakan kembali, dan akan digunakan TNI Angkatan Udara untuk menggantikan tipe B yang sudah sangat tua,".

KRI Teluk Manado Merapat di Dermaga Irian


2 Januari 2012, Ambon: Seorang awak KRI Teluk Manado-537 melakukan perawatan senjata yang terpasang di kapal tersebut saat merapat di Dermaga Irian, Markas Komando Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IX/Ambon, Maluku, Senin (2/1). KRI Teluk Manado-537 adalah Kapal Perang jenis Landing Ship Tank (LST) Type Frosch, dibuat di galangan VEB Penee Werft Wolgast, Jerman Timur, pada tahun 1977 yang bertugas sebagai pengangkut personil dan logistik ke pulau-pulau perbatasan dan daerah-daerah rawan di wilayah Indonesia. (Foto: ANTARA/Izaac Mulyawan/Koz/Spt/11)




















Dua personil Korps Wanita TNI Angkatan Laut (Kowal) berjalan di dekat KRI Teluk Manado-537 yang merapat di Dermaga Irian, Markas Komando Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) IX/Ambon, Maluku, Senin (2/1). (Foto: ANTARA/Izaac Mulyawan/Koz/Spt/11)